Senin, 06 Juni 2011

Mengapa Kita Saling Membunuh?

Seringkali Suksesi kepemimpinan berakhir dengan konflik yang berkepanjangan, bahkan tidak sedikit menimbulkan korban orang orang yang tidak berdosa, terutama anak anak yang merupakan generasi penerus bangsa. seperti yang terjadi di Negara Timur Tengah akhir akhir ini. Misalnya: Tunisia, Mesir, Yaman dan Suriah. Para pemimpin negara tersebutyang telah lama menjalankan pemerintahan secara otoriter tanpa memikirkan keadilan dan kemakmuran rakyatnya.


Para Pemimpin khususnya di Negara Negara berkembang pada umumnya hanya memikirkan bagaimana mengumpulkan harta kekayaan sebanyak banyak demi mempertahankan kekuasaanya.

Bahkan mereka menjadikan aparat penegak hukum seperti Tentara dan kepolisian menjadi alat pelindung mereka untuk menindas rakyatnya. Hal ini ini juga terjadi di sekitar kita Banyak para penguasa mulai dari Bupati, walikota, Gubernur menyalahgunakan kekuasaan. Masih banyak rakyat hidup dibawah garis kemiskinan, anak anak kelaparan tetapi alangkah menyedihkan para pemimpin dan wakil rakyat seolah tidak perduli dengan keadaan sekitarnya.

Ada polisi, sekolah tinggi-tinggi, tapi di lapangan kerjanya mukulin orang. Nyata-nyata kalau masyarakat lokal menolak penggusuran, ada yang salah dalam perencanaan. Tapi ketika mereka demo, dilawan dengan pukulan dan pentungan.

Ada juru bicara presiden, sekolah tinggi-tinggi keluar negeri. Ketika terjadi tabrakan beruntun, ngomongnya terjadi sebelum presiden lewat. Ya terang atuh, masalahnya andai presiden gak lewat jalan tol itu, apa akan terjadi kecelakaan? Seharusnya, tidak usah pake ilmu ngeles-ngeles segala. Minta maaf ke pihak keluarga dan dengan berani mengakui, ada yang keliru dalam hal penghentian lalu lintas di jalan tol.

Ada sineas, sekolah tinggi-tinggi, juga keluar negeri. Pulang, bikin film jelangkung. Bukannya mencerdaskan masyarakat, malah mengajarkan tahayul. Yang lain bikin Suster Ngesot, atau yang baru-baru Air Terjun Pengantin. Aduh biyuung... Terus, di negeri orang belajar apa?

Ada anggota DPR, sekolah tinggi-tinggi. Eh, waktu sidang berkelahi. Memang kalo udah mental tawuran, gak di sekolah gak di ruang sidang, maunya berantem.

Ada menteri, sekolah tinggi-tinggi. Giliran ditanya tentang pendidikan nasional, jawabnya akan menghapuskan seragam sekolah. Masalah seragam, itu ibarat panu di tubuh orang yang sakit jantung. Banyak hal dalam pendidikan yang harus dicermati; kurikulum, buku, kualitas guru, gedung sekolah dan lain-lain. Pake seragam atau tidak, itu hanya bumbu. Amerika, sekolah gak pake seragam, maju. Jepang, pake seragam, pintar.

Ada mahasiswa akuntansi, mau selesai dari sekolah yang tinggi. Tapi frustasi. Masalahnya, ketika praktek disebuah kantor, ia diminta mengemplang pajak supaya kantor bisa bayar sedikit. Stress, lama belajar, kok disuruh jadi penjahat.

Seandainya anggota DPR itu pandai, pasti tidak akan studi banding ke luar negri.
Hmmm,pastilah anggota DPR itu bodoh. Kenapa tidak menimba ilmu ketika belum menjabat, kan bisa studi banding dulu sebelum menjabat, jangan tiba-tiba kepingin pinter trus belajar ke negri orang. Cih alasan saja tuh pasti, makanya anggota DPR yang terhormat , sekolah yang pinter, pake internet juga bisa dapet ilmu gak hanya dari satu Negara tetapi dari seluruh dunia.

Seandainya anggota DPR itu rajin, pasti tidak bolos waktu sidang.
Hmmm, pastilah anggota DPR itu malas. Digaji dan dapat fasilitas nyaman kok bermalas-malasan, apa sih maunya. Kalo mau bermalas-malasan mending mati aja. Kan tenang tuh.

Seandainya anggota DPR itu gak kelayapan tiap malam, pasti tidak tidur waktu sidang
Hmmm, pastilah anggota DPR itu sering kelayapan tiap malam.
Sebagian menikmati kehidupan malam. Mencoba menikmati semua hiburan malam. Para wanita melingkupi sebagai pemuas nafsu. Judi jadi aktivitas pelengkap. Biar dikira orang yang asik, uang dihabiskan untuk minum minuman berakohol yang berkelas dengan harga mahal, padahal dulu cuma minum air putih buatan emaknya.
Sebagian lagi sibuk rapat, mengusahakan mana yang sebaiknya dijatuhkan, mana yang akan dimusuhi secara politik, membuat rencana-rencana yang keji, merencanakan fitnah sana dan situ, rencana adu domba, rencana kudeta. Kapan sih politikus itu akur, tikus-tikus aja pada akur.
Sebagian lagi mencari lahan basah duit, mencoba membuat uang tambahan dengan pertemuan-pertemuan khusus yang menghasilkan uang pelican.

Seandainya anggota DPR itu bijaksana, pasti tidak akan menguras anggaran untuk hal yang tidak perlu.
Hmmm, pastilah anggota DPR itu tidak bijaksana. Proyek-proyek yang tidak perlu tetap dilakukan, untuk cari komisi bagi setiap komisi DPR. Buat kolam renang padahal juga gak bisa renang, apakah semua suruh telanjang di gedung DPR, kalo mau mesum carilah tempat lain. Apa di Jakarta kekurangan tempat mesum, tidak juga kan.

Seandainya anggota DPR itu mempunyai moral dan etika yang baik, pasti tidak akan menyakiti hati insan lain.
Hmmm, pastilah anggota DPR itu tidak mempunyai moral dan etika yang baik. Banyak anggota DPR itu menghina, menghujat, mencaci-maki anggota DPR yang lain. Bahkan saling tuduh dan hujat antar lembaga-lembaga negara yang lain juga terjadi. Hal itu masih bisa diterima karena mereka sama-sama tahu bahwa poltik itu kotor. Tetapi berucap dan berbuat yang sampai menyakiti hati rakyat itu tidak bisa diterima. Bahkan ada isu yang mengatakan ada anggota DPR yang menyakiti hati rakyat yang sedang tertimpa musibah. GO TO HELL.

Mau melakukan hal apapun sebenarnya juga gak masalah bagi kami, tetapi menjadi masalah jika berucap dan berbuat yang menyakiti hati rakyat karena DPR itu singkatan Dewan Perwakilan Rakyat, dan juga akan menjadi masalah yang makin bertumpuk jika anggota DPR melakukan sesuatu dengan menggunakan uang rakyat baik itu secara sembunyi-sembunyi (korupsi) maupun terang-terangan (dianggarkan).

Kalo mau seneng-seneng jangan pake uang rakyat ngapa. Kalo mau seneng-seneng pake uang sendiri, jangan pelit-pelit gitu, kan harta dan tahta gak dibawa mati. Makannya biar duit gaji dan tunjangan para anggota DPR itu awet, jangan memanjakan diri sendiri terlalu berlebihan, jangan memanjakan istri terlalu berlebihan apalagi memanjakan terlalu berlebihan istri muda (kalo poligami) dan/atau simpanan (kalo selingkuh). Jangan pula memanjakan anak terlalu berlebihan apalagi memanjakan terlalu berlebihan anak hasil nikah siri dan/atau anak hasil selingkuh. Biasa aja gitu loh.

Tidak ada komentar:

ABYASA BLOG